Rabu, 26 November 2014

Berita / Cerita Motivasi 

Mrs. Thompson dan Little Teddy

Selasa, 25 November 2014
Guru adalah manusia biasa. Mereka pernah berbuat salah dan tidak selalu menyenangkan. Tapi mereka mau berubah dan memperbaiki diri. Mereka mempunyai pandangan yang lebih terbuka, sehingga mereka dinamakan ‘guru’.

Kisah Mrs. Thompson dimulai saat ia berdiri sebagai guru di depan kelas 5 pada hari pertama sekolah. Seperti kebanyakan guru yang berbasa-basi, dia mengatakan ketidakbenaran kepada anak-anak didiknya. Ia memandang ke seluruh murid dan berkata bahwa ia mencintai mereka semua sama. Namun, itu tidak mungkin, karena di barisan depan, duduk merosot di kursinya, ada seorang anak kecil bernama Teddy Stoddard.

Mrs. Thompson sudah mengawasi Teddy sejak setahun sebelumnya dan ia memerhatikan bahwa anak ini tidak bermain dengan baik bersama anak-anak lain. Bajunya morat marit dan penampilannya yang kucel terlihat seperti anak yang selalu perlu untuk dimandikan. Selain itu, Teddy bisa berubah menjadi anak yang tidak menyenangkan bagi anak lainnya.

Rasa tidak suka kepada Teddy pun muncul dalam diri Mrs. Thompson. Rasa tidak suka yang sampai ke titik di mana Mrs Thompson benar-benar akan merasa senang menandai kertas ulangan Teddy dengan tinta merah besar, membuat “X” tebal dan kemudian menempatkan nilai "F" besar di atas kertas. Seolah dengan itu semua Mrs. Thompson mempertegas kualitas Teddy sebagai seorang murid di sekolah itu.

Suatu ketika, sekolah tempat Mrs.Thompson mengajar, memintanya untuk melihat catatan masa lalu tiap anak. Mrs. Thompson pun mencari tahu catatan masa lalu tiap anak dari guru-guru di kelas sebelumnya. Karena tidak tertarik, ia membiarkan cacatan Teddy di giliran terakhir. Namun, ketika membaca catatan Teddy, Mrs. Thompson terkejut.

Guru kelas 1 Teddy menulis, "Teddy adalah anak pintar dengan tawa yang siap lepas setiap saat. Dia bekerja dengan rapi dan memiliki sikap yang baik ... dia adalah sukacita untuk siapapun yang berada di sekitarnya .."

Guru kelas 2 Teddy menulis, "Teddy adalah murid yang sempurna, sangat disukai oleh seluruh temannya, tetapi ia terganggu karena ibunya memiliki penyakit yang menjadikannya kritis, saat-saat Teddy di rumahnya pastilah saat yang sulit."

Guru kelas 3 Teddy menulis, "Kematian ibunya adalah hal yang sulit baginya. Dia mencoba untuk melakukan yang terbaik, tetapi ayahnya tidak menunjukkan ketertarikan padanya dan kehidupan di rumah akan segera mempengaruhinya jika tidak ada langkah-langkah yang diambil."

Guru kelas 4 Teddy menulis, "Teddy menjadi mundur dan tidak menunjukkan ketertarikan di sekolah. Dia tidak punya banyak teman dan terkadang tertidur di kelas."

Setelah itu, Mrs. Thompson menyadari masalahnya dan dia malu terhadap dirinya sendiri. Suatu hari, di saat perayaan di kelas, ia merasa tidak enak ketika murid-muridnya membawa hadiah, dibungkus dengan pita cantik dan kertas yang menyala, kecuali pemberian Teddy. Hadiah dari Teddy dibungkus kertas kardus cokelat. Mrs Thompson dengan susah payah membukanya di tengah hadiah lainnya. Beberapa anak mulai tertawa saat melihat hadiah itu adalah gelang batu dimana beberapa batunya telah hilang, dan sebuah botol yang berisi seperempat penuh parfum. Mrs Thompson menghentikan tawa anak-anak ketika dia berseru betapa cantiknya gelang itu, mengenakannya di tangannya, dan mengoleskan sedikit parfum di pergelangan tangannya. Seusai perayaan Natal itu, Teddy Stoddard tetap tinggal di sekolah hari itu, ia menunggu cukup lama untuk kemudian mengatakan, "Mrs Thompson, hari ini bau wangi Anda seperti ibu saya dulu." Setelah anak-anak pergi, Mrs. Thompson menangis selama setidaknya satu jam.

Pada hari itu, ia memahami bahwa menjadi guru bukan soal mengajar membaca, menulis dan berhitung. Ia sadar bahwa tugasnya adalah mendidik anak-anak untuk perkembangan mereka. Mrs. Thompson kemudian memberi perhatian khusus kepada Teddy. Saat Mrs. Thompson mulai bekerja dengan Teddy, datanglah pikiran yang membuat Teddy merasa hidup. Semakin Mrs. Thompson mendorongnya, semakin cepat Teddy memberikan respon. Pada akhir tahun, Teddy menjadi salah satu anak terpandai di kelas. Tidak mungkin Mrs. Thompson akan berbohong dengan mengatakan bahwa ia mencintai semua anak-anak secara sama, karena mereka memang tidak sama, dan cinta hanya bisa dirasakan ketika diberikan personal atau spesial, ke masing-masing orang.

Setahun kemudian, dia menemukan catatan di bawah pintu, dari Teddy, yang mengatakan bahwa ia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Enam tahun berlalu sebelum ia mendapat catatan lain dari Teddy. Dia kemudian menulis bahwa ia telah lulus SMA, rangking ketiga di kelasnya, dan masih menuliskan bahwa dia adalah guru terbaik yang pernah dimiliki dalam hidup.

Empat tahun setelah itu, Mrs. Thompson menerima surat yang lain, mengatakan bahwa ketika keadaan sedang sulit, ia harus tinggal di sekolah, dan disibukkan oleh studinya, dan akan segera lulus dari akademi dengan penghargaan tertinggi. Teddy meyakinkan Mrs. Thompson bahwa dia masih yang terbaik guru dan yang paling dia sukai yang pernah dimiliki sepanjang hidupnya.

Kemudian empat tahun berlalu dan surat yang lain datang. Kali ini Teddy menjelaskan bahwa dirinya telah menyelesaikan gelar sarjananya, dia memutuskan untuk pergi melanjutkan studinya. Surat itu menjelaskan bahwa dia masih yang terbaik dan guru favorit guru yang pernah dimiliki. Tapi sekarang, Mrs Thompson melihat nama Teddy sedikit lebih panjang .... Surat itu ditandatangani, Theodore F. Stoddard, MD.

Cerita tidak berakhir di sana. Ada lagi surat lain yang musim semi. Teddy mengatakan ia telah bertemu dengan seorang gadis dan akan menikah. Dia menjelaskan bahwa ayahnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu dan dia berharap Mrs. Thompson bersedia duduk di pernikahan di tempat yang biasanya disediakan untuk ibu pengantin.

Tentu saja, Mrs Thompson bersedia. Dan coba tebak? Mrs Thompson mengenakan  gelang, yang beberapa batunya hilang, pemberian Teddy dulu. Selain itu, ia memastikan dia memakai parfum yang membuat Teddy teringat ibunya.

Di hari pernikahan, Mrs. Thompson dan Teddy Stoddrard saling berpelukan, dan Dr Stoddard berbisik di telinga Mrs. Thompson, "Terima kasih Mrs. Thompson untuk mempercayai saya. Terima kasih banyak untuk membuat saya merasa penting dan menunjukkan bahwa saya bisa membuat perbedaan."

Mrs. Thompson dengan air mata berlinang, balik berbisik. Dia berkata, "Teddy, kau sepenuhnya salah. Justru kau adalah orang yang mengajari saya bahwa saya bisa membuat perbedaan. Saya tidak tahu bagaimana caranya mengajar sampai bertemu denganmu."

Kisah di atas adalah sebuah kisah yang telah banyak diangkat dalam buku-buku inspiratif internasional. Cerita itu adalah cerita fiksi yang ditulis oleh Elizabeth Silance Ballard dan dipublikasikan di Home Life magazine pada tahun 1976.

Elizabeth dalam cerita tersebut ingin menjelaskan kepada pembacanya bahwa guru bukan manusia sempurna. Mereka juga pernah punya pikiran negatif selayaknya manusia biasa. Tapi apa yang menjadi spesial dalam diri mereka adalah kemampuan mereka untuk membuka pikiran dan mau memperbaiki diri. Hal inilah yang dianggap Elizabeth harus diketahui semua orang. Hal spesial tersebut yang menurutnya sebuah kemampuan guru sehingag bisa mengajarkan muridnya menuju ke arah yang lebih baik.

Source : “Excellent Happiness” oleh Audifax, konsultan Institut Ilmu Sosial Alternatif (IISA) dan kontributor Majalah LuarBiasa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar