Minggu, 18 Januari 2015

Kisah Sjahrir yang Anti Senjata Api & Kekerasan

Kisah Sjahrir yang Anti Senjata Api & Kekerasan



Senjata api sering dijadikan alat intimidasi oleh ‘orang kuat’ di negeri ini. Melihat semua itu, tak ada salahnya belajar dari kisah Sutan Sjahrir. Dalam setiap tindak-tanduknya, Perdana Menteri RI 1945-1947 ini selalu menegaskan sikapnya yang anti-kekerasan.
Suatu hari, di pengujung Desember 1946, Sjahrir pernah dicegat dan ditodong pistol oleh serdadu NICA. Saat pelatuk ditarik, pistol serdadu itu ternyata macet. Karena geram, serdadu itu kemudian memukul Sjahrir dengan gagang pistol.
Berita kekerasan terhadap Sang Perdana Menteri itu kemudian tersebar lewat Radio Republik Indonesia (RRI). Namun bukannya senang berita itu tersiar, Sjahrir dengan mata yang sudah bengkak, justru memberi peringatan keras agar RRI menghentikan siaran itu.
Sjahrir berpikir siaran itu bisa berdampak fatal dengan dibunuhnya orang-orang Belanda di kamp-kamp tawanan oleh para pejuang republik karena tahu pemimpinnya dipukuli. Sjahrir juga tidak mengancam balik sang serdadu. Ini dilakukannya karena sikap konsistennya yang anti-kekerasan.
Sikap anti-kekerasan Sjahrir ini tak lain bersumber dari ajaran sosial-demokrasi yang ia anut. Dalam“Sosialisme, Indonesia, Pembangunan: Kumpulan Karangan” (1982), Sjahrir berpandangan sosialisme kerakyatan bertujuan untuk “membebaskan dan memperjuangkan kemerdekaan dan kedewasaan manusia, yaitu bebas dari penindasan serta penghinaan oleh manusia terhadap manusia”.
Tujuan itu boleh jadi diklaim oleh semua kelompok politik Kiri sebagai pandangan mereka. Namun, Sjahrir memahaminya dengan cara pandang lain. Buktinya, dia menolak cara-cara kekerasan yang dibenarkan oleh orang-orang Komunis dalam menjalankan revolusi. Sjahrir juga anti terhadap cara-cara diktator proletariat yang dikonsepsikan Lenin dan diterapkan Stalin.
Dengan demikian, perjuangan revolusi Sjahrir tidak melulu berfokus pada penggulingan kekuasaan, tetapi perjuangan terhadap kesejahteraan dan martabat manusia Indonesia. Ya, martabat manusia yang tidak bisa direndahkan dengan todongan sebuah senjata. (Sumber: Merdeka.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar